top of page

Seluk Beluk Bisnis Joki

Berbagai alasan konsumen (mahasiswa) memberikan andil besar dalam peningkatan demand joki tugas. Akibatnya peluang penyedia jasa joki untuk mengembangkan bisnis mereka semakin besar.

 

“Kalau gua, sih, karena dari konsumen. Orang-orang yang membutuhkan. Value dari sini, kan, kita memberikan solusi bagi orang-orang yang males buat kerjain ujian. Masalah ilegal atau legal itu, kan, masalah apakah gua ngerugiin orang lain. Kan, enggak, dong. Justru kita membuat untung buat orang lain. Menjadi suatu pemecahan masalah bagi mereka, kan,” ujar salah satu mahasiswa sebagai penyedia jasa joki tugas.

 

Bisnisnya pun berkembang dari yang hanya mengerjakan dalam lingkup pertemanan hingga kemudian tersebut tersebar dari mulut ke mulut. Untuk setiap tugas, Fajar (nama samaran) membutuhkan waktu pengerjaan tugas atau ujian sekitar 1-2 hari.

 

Harga yang dipatok oleh Fajar pun bervariasi, tergantung konsumen. Pada umumnya, ia mematok harga di rentang Rp 150.000 sampai Rp. 200.000 per orang per mata kuliah. Maka, rata-rata penghasilan per bulan yang ia dapatkan berkisar Rp 1.200.000 hingga Rp 1.500.000 dari 8-10 konsumen.

 

Tugas yang dikerjakan Fajar selalu mendapatkan nilai yang baik di rentang 80 hingga 90. Meski selalu membuahkan hasil yang baik, Fajar hanya fokus pada pelanggan tetapnya tanpa mempromosikan jasanya secara publik. Ia mengaku hanya orang-orang sekitarnya yang mengetahui profesinya sebagai joki.

 

Menekuni bisnis ini sejak awal pandemi membuat Fajar telah terbiasa dan mengetahui cara agar terhindar plagiarisme dari kampus.

 

“Jadi, setiap ujian itu, setiap orang punya kode unik masing-masing. Misalnya, kalau gua ambil yang matematika, otomatis ada soal yang dibedain angkanya. Jadi, angkanya itu, sesuai dengan NIM dari perkuliahan konsumen. Jadi, itu sih, yang membedakan. Jadi, gua bisa bedain. Dan juga, karena kan, di perhitungan (hasilnya) valid, kan. Mau jawabannya apa pasti sama, pake rumus. Gak ada teori-teori. Gak perlu ngarang. Jadi, jawabannya angka itu aja," jelas Fajar.

Ilustrasi penyedia jasa joki mengerjakan tugas mahasiswa

(Anasthasia Yuliana/Focus).

Taktik tersebut telah terbukti aman sejak pertama kali ia membuka bisnis ini pada saat pemberlakuan pembelajaran jarak jauh. Alhasil, Fajar mengaku terus melanjutkan bisnisnya karena selama pandemi kebutuhan para konsumen meningkat.

 

Berbeda dengan Fajar yang beroperasi secara diam-diam, tak sedikit joki yang secara terang-terangan menawarkan jasanya di sosial media dengan berbagai jenis tugas dan rentang harga. Mereka berhasil menggaet banyak pelanggan lewat promosi di sosial media.

 

Sudah tidak mengherankan lagi bahwa sosial media seperti Instagram, Telegram, dan Twitter menjadi ajang promosi paling laris. Tak hanya di sosial media, para joki juga beralih memasarkan jasanya pada beberapa e-commerce yang ada.

 

Alhasil, rantai perjokian semakin banyak dan mudah didapatkan. Tim reporter kami, sudah mengusut 5 jasa joki di berbagai platform, hasilnya semua berada dalam status sibuk atau full slot menjelang musim ujian.

Tingginya angka permintaan joki saat ini, membuka peluang pekerjaan baru yang sangat menguntungkan. Tak jarang berbagai akun penyedia jasa joki mengunggah kualifikasi lowongan pekerjaan untuk menjadi joki.

Jadi, joki ada kualifikasinya?

Tentu ada, bahkan tak tanggung-tanggung, kualifikasi untuk menjadi seorang joki sangat tinggi dan bergengsi. Salah satunya kami temukan pada Instagram @finishyourtask.id yang mempunyai ketentuan seperti, fresh graduate dengan minimal IP 3.7 keatas (jurusan apapun).

Hal ini tentu menarik perhatian banyak fresh graduate untuk mencoba bekerja sebagai joki. Menurut pengamat pendidikan, Doni Koesoema adanya lowongan pekerjaan yang ditawarkan secara terbuka di media sosial menjadi suatu hal yang wajar.

 

Selain itu, adanya tuntutan supply and demand membuat bisnis joki selalu laris manis. Bahkan Doni menjelaskan bahwa pemerintah pun tidak bisa mengatur atau mengontrol fenomena ini.

 

"Yang seperti ini merupakan persoalan bagaimana seseorang mengambil jenis-jenis pekerjaan. Dan sejauh mereka itu tidak melanggar hukum, tentu saja itu tidak bisa dipermasalahkan pemerintah. Karena pemerintah tidak bisa menyediakan semua lapangan pekerjaan, sementara lembaga joki dan bimbingan belajar menawarkan kepada mahasiswa-mahasiswa yang cerdas untuk bisa membantu, dalam arti membatu mahasiswa-mahasiswa yang malas ini," jelasnya.

 

Perkembangan jasa joki tugas ini juga semakin dipermudah akibat lemahnya regulasi dari kampus. Berdasarkan hasil penelusuran tim reporter Fokus, dari 5 universitas di Tangerang, hanya 2 yang secara rinci mengatur praktik joki bagi mahasiswa baik pengguna maupun penyedia. Sementara tiga kampus lainnya hanya menjelaskan hal apa saja yang termasuk plagiarisme dan sanksi yang diterima apabila mahasiswa terbukti plagiat.

Integritas Jadi Pilar Diri Mahasiswa

Pengamat pendidikan, Doni Koesoema, mengakui bahwa selama pandemi terdapat penurunan kualitas pembelajaran dan mahasiswa (learning loss). Keterbatasan perangkat digital, sistem pembelajaran dan teknik mengajar dosen, serta diri mahasiswa sendiri menjadi 3 faktor utama yang mendorong terjadinya learning loss pada mahasiswa.

 

Bahkan, Doni menjelaskan bahwa tak hanya sekadar learning loss yang terjadi, tetapi juga memory loss.

 

“Bukan hanya learning, tetapi kapasitas mahasiswa untuk mengingat apa yang dikatakan dosen juga berkurang. Bahkan, ketika saya jelaskan secara sederhana, tidak sampai 5 menit kemudian ketika ditanya sudah lupa. Jadi, long-term memory-nya tidak jalan, memori jangka pendeknya pun tidak jalan,” jelasnya.

Namun, Doni menegaskan bahwa learning loss seharusnya tidak menjadi alasan bagi mahasiswa untuk menggunakan jasa joki tugas. Pengamat pendidikan sekaligus dosen ini menekankan bahwa persoalan ini bergantung pada individu mahasiswa karena menyangkut nilai-nilai dan karakter. Oleh karena itu, mahasiswa seharusnya mempunyai kemandirian dan integritas.

 

“Tugas-tugas itu kan memang menjadi bagian dari pembelajar ya, kalau mau jadi mahasiswa pasti sudah tahu akan banyak tugas, ya gak bisa mengeluh. Mahasiswa harus punya prioritas, untuk melihat mana yang penting dalam hidupnya,” ujarnya.

Pengamat pendidikan, Doni Koesoema membahas tentang dampak learning loss terhadap mahasiswa melalui wawancara Zoom (08/11/2021).

Mahasiswa yang sejatinya berumur 17 tahun ke atas seharusnya memiliki kesadaran dan tanggung jawab atas dirinya sendiri. Sebagai dewasa muda, mahasiswa seharusnya dapat mengantisipasi gangguan yang menghambat proses perkuliahan online seperti sinyal dan kondisi lingkungan, bukan malah menyalahkan kondisi tersebut dan mencari jalan pintas dengan joki tugas.

Lebih lanjut, salah satu dosen Universitas Multimedia Nusantara, Samiaji Bintang juga memaparkan bahwa banyak cara yang seharusnya dapat dilakukan mahasiswa untuk mengendalikan learning loss yang terjadi akibat proses pembelajaran online. Mahasiswa dapat meminta dosen untuk mengulang materi yang dirasa kurang jelas, aktif di kelas untuk memahami materi, dan memanfaatkan internet untuk mengejar ketertinggalan.

 

Maka, penggunaan joki tugas oleh mahasiswa tidak dapat dibenarkan karena mencederai masa depan proses pendidikan dan pencerdasan bangsa ini. Jalan pintas yang diambil banyak mahasiswa ini justru merugikan dirinya sendiri.

 

“Bukan tukang jokinya juga, bukan temen yang joki, tapi merugikan diri dia sendiri sebagai mahasiswa karena dia belajar menipu diri sendiri,” jelas Bintang.

 

Terjadinya learning loss di kalangan mahasiswa saat pandemi COVID-19 memang tidak dapat dimungkiri. Namun, hal tersebut seharusnya tidak menjadi alasan bagi mahasiswa untuk menggunakan jasa joki tugas. Mahasiswa sebagai penerus masa depan bangsa yang berpendidikan seharusnya memiliki rasa tanggung jawab dan integritas yang kuat, karena hal tersebutlah yang menentukan kualitas individu.

 

Ini semua kembali lagi kepada kesadaran masing-masing individu untuk melihat hal mana yang baik bagi dirinya. Selain itu, mahasiswa juga seharusnya memiliki rasa syukur atas jasa dari banyak orang, yang nantinya bisa mereka kembalikan lagi ke masyarakat.

 

“Kita hidup bersama orang lain, minimal bersama orang tua. Hargailah orang tuamu yang bekerja keras membiayai kuliah. Kamu belajar dengan baik sebagai rasa cinta dan hormat terhadap orang tuamu. Nantinya, ini bisa kamu berikan kembali kepada masyarakat ketika kamu menjadi orang sukses. Mahasiswa harus bisa melihat apa yang baik bagi dirinya, bukan malah merusak diri sendiri. Jadilah pelajar yang jujur dan penuh integritas, karena itu yang menentukan kualitas dari diri kalian,” ujar Doni.

 

bottom of page