top of page

Candu Gunakan Jasa Joki

Penulis: Zahrah Pricila

flora.JPG

Layanan jasa joki tugas di berbagai media sosial beredar secara bebas (Anasthasia Yuliana/Focus).

00:00 / 00:15

Berawal dari kesulitan untuk mengerjakan tugas esai teori komunikasi sehingga memutuskan pakai jasa joki, kini Caca (nama samaran) mengaku ketagihan untuk terus-menerus mengandalkan jasa joki.  

 

“Eh, jujur kecanduan banget. Gue menahan diri biar nggak kayak gitu (kecanduan memakai jasa joki),” ucap mahasiswi semester 5 yang sedang menekuni bidang ilmu komunikasi di universitas swasta ternama di Serpong, Tangerang.

 

Ketika proses belajar-mengajar masih tatap muka, Caca hanya pesan jasa joki untuk tugas perkuliahan. Namun, kini selama proses pembelajaran secara daring, Caca mengandalkan jasa joki untuk menyelesaikan ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS).

 

“Misalnya, UTS gue ada 7 mata kuliah, cuman satu mata kuliah yang gue pake joki. Gue juga nggak berani lebih dari satu mata kuliah gitu walaupun nggak ketahuan sih misalnya pake joki, tapi gue nggak mau. Kayak gue batasin gitu,” jelasnya.

 

Caca mengungkap hasil akhir pekerjaan joki pun seringkali membuahkan nilai di atas 70. Penyedia jasa joki yang dijumpai Caca bervariasi, mulai dari rekan satu kampus dan jurusan hingga di luar kampus. Rata-rata dana yang dihabiskan oleh Caca sebesar 100 ribu per tugas. 

 

Meskipun terdapat jaminan setiap tugas yang dikerjakan oleh para joki memenuhi kriteria yang dibutuhkan, Caca kerap kali harus memeriksa ulang tugasnya. Hal tersebut dilakukan agar tidak terdeteksi plagiarisme dan terhindar dari sanksi kampus.

 

“Kalau gue misalnya udah dapat tugas nih dari joki, gue nggak langsung ngumpulin gitu, loh. Gue nanti edit lagi. Jadi, abis joki kasih ke gue, nggak langsung submit. Gue pasti bakal ganti-ganti lagi ataupun nanti gue tambahin. Jadi, bukan 100% apa yang mereka kerjain itu langsung gue submit,” ujar Caca.

bottom of page